Selaksa tentangmu kian pekat membumbung kala mendung kian menyapa.
Seolah semesta tahu bahwa aku masih enggan beranjak dari kisah yang tak lagi ada.
Meski almanak telah berganti, tahun meliuk, dan kamu sudah menghilang dari hidupku; aku masih terngungu menunggumu.
Karena sungguh, afeksiku telah membatu.
Tak lagi dapat berteduh atau sekedar mengeluh.
Fisikku mungkin tidak akan selalu bersamamu.
Dinginnya udara malam dan kabut pagi selalu beriring bersama.
Sedihmu bukan lagi aku.
Aku bukan inginmu, apalagi harapmu.
Percayalah terkadang aku hanyalah alkohol untuk tiap dukamu.
Menyembuhkanmu namun menyakitkan.
Aku mungkin tidak selalu menyembuhkan lukamu, karena kau tentu harus menyembuhkannya sendiri.
Ingatkah kau bahwa luka-luka pada seseorang ialah apa yang membuatnya kuat sampai saat detik ini ia selesai bernapas?
#duasuara-Anatasya Margaretta