Rabu, 19 September 2018

UNPREDICTABLE SYLVESTER STALLONE



Sylvester Stallone, atau yang biasa dikenal dengan panggilan ‘Sly’. Sudah bukan nama yang asing lagi di dunia perfilman hollywood. Peran pertamanya sebagai Robert Rocky Balboa di film “Rocky” ini berhasil membawa namanya melambung tinggi ke atas. Kebanyakan orang mungkin hanya akan mengenal Sylvester Stallone sebagai aktor film, banyak orang yang juga tidak mengetahui kisah dari aktor film yang satu ini. Siapa yang dapat menyangka bahwa seorang yang cacat dapat membintangi sebuah film ternama dan meraih banyak penghargaan atas karyanya tersebut, inilah Sylvester Stallone.
Sylvester Stallone lahir di New York. Terlahir dalam keadaan ekonomi yang sangat miskin membuat Ibu Sly mengharuskan melahirkan putranya itu di tangga pintu sebuah sekolah. Dengan keterbatasan biaya dan tidak ada pertolongan medis pada saat melahirkan, maka Sly terlahir dengan keadaan fisik yang kurang sempurna. Bagian sisi kanan wajahnya tidak normal dan bibirnya agak turun ke bawah, sehingga ia terlihat seperti Looney Tunes dan kerap menjadi ejekan teman di sekolahnya.
Sly mempunyai impian menjadi seorang aktor. Sly tidak pernah ikut kursus akting dan pandai berlaga. Dengan bermodal semangat dan niat, Sly mencoba peruntungannya untuk mengikuti audisi. Keterbatasan fisik yang dimiliki Sly menjadi penghambat Sly dalam meraih mimpinya. Namun, tidak sampai pada percobaan ke-1500 saja. Ia terus mencoba, mencoba, dan mencoba. Banyak yang mengomentari Sly ketika ia tampil di depan banyak orang untuk ikut audisi, mulai dari cara berpakaiannya, ekonomi, bakat yang dimiliki, dan juga keterbatasan fisiknya.
Celaan tersebut ternyata tetap saja tidak menghentikan kakinya untuk terus dating kekantor agensi. Terlahir dengan keadaan yang sangat miskin itu membuat keadaanekonomi Sly makin memburuk setiap harinyaa, karena Sly tak punya penghasilan tetap dan Ia terus-menerus mengikuti audisi. Suatu ketika, ia tak mampu membayar listrik di apartemen-nya sehingga keadaan tersebut memaksa Sly menjual anjing kesayangannya yang bernama Timmy. Timmy berhasil dijual hanya seharga $25, karena sudah tidak ada pilihan maka ia pun menjual Timmy, satu-satunya harta yang bisa ia jual. Sly pun terpaksa harus bermalam di Perpustakaan, karena hanya disitulah ia mendapat tempat yang gratis, hangat, dan nyaman.
Sly menghabiskan banyak waktunya di Perpustakaan untuk membaca buku disana. Suatu ketika, Ia pergi untuk menonton sebuah pertandingan tinju kelas dunia antara Muhammad Ali dengan Chuck Wepner. Menghabiskan 15 ronde, Chuck Wepner mampu mengalahkan petinju dunia, Muhammad Ali. Sepulangnya dari pertandingan tersebut, Sly seperti mendapat inspirasi bahwa jikalau ia memang tak bisa menjadi aktor di film orang, maka ia mungkin bisa menjadi aktor di filmnya sendiri. Tiga hari di dalam perpustakaan membuahkan hasil, Sly berhasil menyelesaikan naskah film “Rocky”. Ia sangat bangga atas hasil kerjanya tersebut, sebelum berangkat untuk menawarkan naskahnya, ia terus menatap lembaran naskah tersebut dengan tangan yang gemetar.
Jalannya tak mulus begitu saja, ia tetap mendapat beberapa kali penolakan atas naskahnya yang dianggap tidak berbobot. Namun, ia tetap masuk ke pintu-pintu agensi film. Hingga pada akhirnya, ada seorang produser film tertarik untuk naskah dengan harga $20.000. Tekad Sly tidak berubah, begitu juga dengan mimpinya. Ia tetap ingin menjadi aktor. Maka, ketika ia menawarkan naskahnya, Sly ingin bahwa dialah yang menjadi peran utama dari film ini. Produser itupun mulai ragu, maka ia menaikkan harga naskah Sly dengan syarat film itu dibintangi oleh Ryan O’Neal dan Brut Reynolds. Sly tetap tidak mau, ia tetap ingin dirinya yang menjadi aktor. Sang produser pun terus menaikkan harganya hingga $325.000 asalkan bukan Sly yang bermain peran. Serendah itukah Sly di mata sang produser untuk naskah yang ia tulis sendiri. Maka, sang produser pun setuju menjadikan Sly peran tetapi harga untuk naskahnya hanya $20.000 dan gaji seorang aktor yang didapat Sly hanya $340 per minggu (upah minimum aktor pada saat itu). Nominal yang sangat jauh berbalik dengan sebelumnya, tetapi Sly mengambilnya, Ia tetap yakin bahwa inilah gerbang pertamanya menjadi seorang aktor.
Maka, apa yang sekarang Sly dapatkan ? Penghasilan dengan total $6000 kini berubah menjadi 200 kali lipat lebih besar dari penawaran pertama akibat keberhasilan film “Rocky”. Sly membuktikan kepada dunia bahwa keterbatasan bukan hambatan dirinya untuk menjadi apa yang ia mau. Sly sadar terlahir miskin, buruk, dan cacat, namun semangat dan pantang menyerah menghantarkan Sly pada posisi yang sekarang. Tahun-tahun berikutnya, Sly terus mengeluarkan naskah film terbaru dan sekaligus menjadi aktor di filmnya tersebut. Buah manis yang akhirnya ia panen atas perjalanan yang panjang.
Apa yang dapat diambil dari kisah Sylvester Stallone tersebut ? Sly menerima dirinya dengan segala keterbatasan yang ia punya. Ia tak punya mobil dan rumah yang mewah, untuk bisa tinggal nyaman. Sly tak punya banyak uang, dan mengharuskan ia menghidupi dirinya sebagai buruh laundry. Sly tak punya bakat khusus dalam berakting, yang juga membuatnya ditolak berkali-kali. Namun, Sly mempunyai semangat dan ketabahan menjalani takdirnya. Terlahir cacat, miskin, dan tak memiliki keahlian membawa Sylvester Stallone kepada kejayaan. Namanya terkenal di perfilman holywood.

I take rejection as someone blowing a bugle
in my ear to wake up and get going, rather than retreat”.
“saya anggap penolakan seperti orang meniupkan terompet di telinga untuk membangunkan kita bukan untuk mundur
-Sylvester Stallone

Rabu, 12 September 2018

Project Edith, Rancangan Aaron Stern Untuk Edith

 Foto : https://patriciamanasyeblog.wordpress.com/2017/09/27/edith-project/
      Edith Ann Stern, begitulah nama sebenarnya dari gadis luar biasa yang biasa dikenal sebagai Project Edith. Lahir pada tahun 1952 dan dibentuk sedemikian rupa jenius oleh ayahnya dan muncullah nama project Edith. Project Edith ialah program pemeliharaan jenius yang Ia lakukan kepada putrinya, Edith.
       Aaron Stern (Ayah Edith) yakin bahwa dengan pemberian program pendidikan yang progresif dan cepat maka ia dapat mengubah seorang anak suku menjadi seorang yang jenius. Tidak seperti bayi pada umumnya, sejak bayi Edith sudah diperdengarkan lagu bermusik klasik untuk menstimulasi otaknya berkembang secara cepat. Bukan hanya itu, ayahnya pun berkomunikasi pada Edith dengan bahasa orang dewasa bukan dengan bahasa anak-anak. Aaron Stern yakin bahwa memberikan pelajaran yang ia berikan setiap harinya akan ditangkap secara cepat dan kelak Edith akan menjadi seorang yang jenius.
     Sejak Edith masih dalam box bayi, Edith sudah diperkenalkan untuk terus belajar dan diperkenalkan tentang bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya. Mainannya tidak lazim, mainan yang ia miliki hanya sebatas pada balok bersusun layaknya gedung-gedung, kartu flash, boneka etnis, poster perjalanan, dan lainnya. Selain itu pula, Aaron Stern sering membawa anaknya berjalan-jalan keluar dengan kereta bayinya. Disanalah, di dunia luar, Ayah Edith mulai memperkenalkan dunia kerjanya yang sesungguhnya. Aaron Stern menjelaskan apa arti tanda-tanda yang berbeda, dan ketika mereka akan melewati sebuah situs konstruksi, Ia akan menjelaskan konsep-konsep sederhana fisika seperti pengaruh, dan bagaimana itu digunakan di sana. Ketika mereka melewati garis piket, Ia akan menggunakan ini sebagai kesempatan untuk menjelaskan konsep hubungan pekerja-manajemen.
         Semua Aaron gunakan sebagai kesempatan untuk putrinya belajar memperdalam pendidikannya dan memperluas pemahamannya tentang konsep dan bagaimana dunianya bekerja. Ia menggunakan metode khusus untuk menarik minat putrinya ke dalam suatu peluang dan mengembangkannya pikiran Edith. Lalu, apakah buah yang kemudian dipetik dari Aaron Stern dari pengajaran progresif terhadap anaknya itu ?
     Sangat mengejutkan. Awal kecerdasannya yang terlihat ketika Edith berumur 5 tahun, Ia mendapatkan skor 196 dan 205 untuk hasil tes IQ tingkat kecerdasannya. Di umur yang sama, Edith sudah menyelesaikan bacaannya, yaitu Ensiklopedi Britannica. Pada usia 16 tahun, Edith menjadikan dirinya seorang Asisten Profesor Matematika Abstrak di Michigan State University. Kemudian karirnya dilanjutkan sebagai Konsultan Komputer, sampai akhirnya menjadi V.P. di Research and Development Dept of IBM.
      Aaron Stern telah berhasil menjadikan Edith Ann Stern sebagai kelinci percobaan pada project-nya tersebut. Ia telah menanamkan pendidikan secara progresif kepada putrinya sejak masih bayi dan pengajaran yang diberikan pada putrinya selalu diasah setiap hari.
      Maka, apa sisi yang menarik dari kisah Edith dan juga Project Edith ini ? Memulailah sesuatu dari apa yang tidak biasa. Seperti Aaron Stern yang juga tidak biasa dalam mengajarkan sesuatu kepada putrinya, maka kita harus menjadi sangat luar biasa, bahkan cenderung berbeda agar kita terlihat bahwa mereka yang biasa hanya satu, dan kalian yang berbeda ‘luar biasa’ akan menjadikan 1 menjadi 10.

Rabu, 05 September 2018

Untuk #PemudaIndonesia


Mau sukses? Harus apa? Bagaimana ya? Mungkin sekilas pertanyaan tersebut sering kita tanyakan pada diri kita sendiri. Namun jawabannya akan terjawab sendiri secara spontan dari pikiran kita. Memangnya siapa saya, saya bisa apa, bagaimana mau sukses kehidupan saya juga begini-gini saja. Siapa sangka hal-hal yang merendahkanmu justru akan membangkitkan semangatmu untuk terus mencapai kesuksesan.
Sebutkan satu orang di bumi ini yang dapat menggariskan kesuksesannya! Saya rasa tidak ada. Bahkan orang tersukses di dunia sekalipun seperti Bill Gates, Albert Einstein, Bob Sadino, Jack Ma, Habibie, dan Jokowi pun tidak dapat menggariskan bagaimana kesuksesan yang sekarang mereka raih sekarang. Lalu apakah yang kaya akan sukses dari seberapa mahal pendidikan yang mereka dapatkan? Dan bagaimana si miskin dan bodoh dapat sukses seperti cerita tokoh mengisnpirasi yang beredar.
Kali ini saya akan mengulik kisah inspiratif yang mungkin sudah banyak orang ketahui dan sangat familiar di telinga masyarakat. Siapa yang tak mengenal Bapak Ir. H. Joko Widodo, Presiden ke-7 Republik Indonesia sekaligus sosok inspiratif dari Jawa Tengah. Kisahnya sudah tersebar dimana-mana. Dilahirkan di Surakarta, Jawa Tengah dan hidup di tengah-tengah keluarga yang secara ekonomi tak dapat dikatakan mampu membuat sosoknya menjadi pandangan dunia, khususnya warga Indonesia.
Apa menariknya Beliau sehingga membuat warga dunia termotivasi bahkan hingga merinding ketika mendengar kisahnya. Dedikasinya pada negeri ini sangat mencengangkan warga dunia. Berangkat dari keluarga yang sederhana juga harus membantu memenuhi kebutuhan keluarganya dengan menjadi ojek payung dan tukang kayu, membentuknya menjadi sosok yang dekat dengan rakyat. Salah satu taktik politik untuk mengambil simpati rakyatnya. Sudah dipastikan bahwa keluh kesah dan juga permasalahan rakyat kecil sangat dekat sekali dengan Beliau, maka dari itu Beliau akrab dengan program kerja ‘blusukan’.
Dedikasi lain pada negeri ini salah satunya yaitu semangat kerja untuk membangun Indonesia lebih baik lagi. Mungkin ini sudah menjadi tugas Presiden, tetapi ini juga yang Beliau targetkan untuk membangun jiwa-jiwa muda kembali membara. Saya selalu ingat dengan kata-kata Beliau yang menyatakan bahwa, “Butuh keberanian: mencabut kumis harimau”. Beliau yang dikala mudanya penuh dengan semangat dan keberanian untuk menjadi ‘orang’ tak pernah malu untuk terus belajar. Bahkan Ia berhasil tamat di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan membuktikan pada dunia bahwa Ia dapat mengatur 265 juta kepala manusia di Indonesia.
Sumber foto : lamanberita.co
Di hadapan dunia tidak ada ukuran seberapa pintar dirimu dalam akademik, seberapa banyak lembar prestasi yang anda ukir, berapa banyak modalmu untuk membangun bisnis. Tetapi, jika kau punya keberanian di luar dari yang orang-orang milki maka Anda sudah memasuki gerbang kesuksesan pertama. Selanjutnya, anda yang menentukan terus maju karena sudah terlanjur masuk ataupun mundur karena terlalu ingin sukses dengan berangan saja.
Jadikan dirimu sebagai noda di antara permata. Menjadi beda dan unik dari jalanmu sendiri. Tidak perlu menjadi tukang kayu seperti Joko Widodo untuk menjadi pemimpin. Tak harus di sekolah pecundang seperti Jack Ma untuk menjadi founder e-commerce. Jadilah pemuda yang penuh keberanian untuk maju, bukan mundur dimakan produk globalisasi yang terus memakan waktu. Jangan ingin terus dikuasai orang, saatnya kamu menguasai orang. Seperti Jokowi yang menguasai 265 juta kepala manusia, maka kamu pun bisa menguasai ego dan nafsumu dalam satu kepala untuk #pemudaindonesia.